oleh

Cara Hindari Lemak Trans

Dunia, KepriDays.co.id – Gorengan dan margarin sepertinya harus segera dicoret dari daftar menu sehari-hari jika ingin menghindari lemak trans.

Paling tidak begitu disebutkan Ketua Departemen Ilmu Gizi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fiastuti Witjaksono.

“Kadar lemak trans yang diperbolehkan kurang dari 1 persen,” kata dia. Jika diterjemahkan menjadi kurang dari 2,2 gram per hari dengan diet 2.000 kalori. Karena itu, jika hendak membeli margarin yang dijual bebas di pasar, dia menyarankan konsumen betul-betul cermat membaca kandungan yang ada dalam margarin tersebut.

Sebelumnya disebutkan bahwa Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk pertama kali merilis panduan dunia untuk menghilangkan lemak trans dari tiap hidangan di meja makan. Disebutkan penganan yang terkontaminasi lemak trans meningkatkan risiko penyakit jantung sebanyak 21 persen dan risiko kematian sebanyak 28 persen.

Sementara itu, Ketua Scientific Committee Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association 2018, Dafsah A. Juzar, mengatakan penyakit kardiovaskular mendominasi kasus kematian di Indonesia.

Prevalensi kematian di Indonesia pada kelompok usia 30-70 tahun meningkat sebanyak 23 persen selama periode 2000-2012. “Sebanyak 40 persen di antaranya disebabkan penyakit kardiovaskular,” kata dia.

Riset Kesehatan Dasar 2013 yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada 2013 juga menunjukkan ada peningkatan penyakit kardiovaskular. Kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah mengalami kenaikan pada usia muda, yakni di bawah usia 35 tahun.

Go Red for Woman 2016 menyebutkan bahwa satu dari tiga perempuan meninggal setiap tahun akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.

Organisasi tersebut menargetkan salah satu jenis lemak tak jenuh ini hilang dari seluruh belahan dunia pada 2023.
“WHO menyerukan kepada pemerintah agar menggunakan paket tindakan REPLACE untuk menghilangkan asam lemak trans produksi industri dari pasokan makanan,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam pernyataan yang dimuat di laman WHO, pekan lalu.

REPLACE merupakan panduan enam tindakan strategis untuk memastikan penghapusan lemak trans yang diproduksi secara cepat, lengkap, dan berkelanjutan dari suplai makanan. Yaitu :

1. R: Review 
Kaji ulang sumber makanan dari lemak trans industri dan lanskapnya untuk perubahan kebijakan yang diperlukan.

2. P: Promote
Promosikan sumber lemak dan minyak alternatif yang lebih sehat.

3. L: Legislate
Legislasi atau lakukan pengaturan secara hukum untuk menghilangkan lemak trans yang disintesis oleh industri.

4. A: Assess
Pantau kandungan lemak trans dalam suplai makanan dan perubahan konsumsi lemak trans dalam populasi.

5. C: Create
Ciptakan kesadaran akan dampak negatif kesehatan dari lemak trans di antara pembuat kebijakan, produsen, pemasok, dan publik.

6. E: Enforce
Tegakkan kepatuhan terhadap kebijakan dan peraturan

Beberapa negara maju berupaya menghilangkan lemak trans yang diproduksi secara industri melalui pembatasan jumlah kandungannya dalam setiap satu takaran sajian. Ada pula negara yang sudah melarang dengan tegas penggunaan minyak terhidrogenasi parsial yang menjadi sumber utama lemak trans.

Denmark adalah negara pertama yang mewajibkan pembatasan lemak trans. Menurut WHO, sejak peraturan tersebut ditetapkan, kandungan lemak trans dalam produk makanan menurun secara drastis dan kematian akibat penyakit kardiovaskular menurun lebih cepat daripada negara-negara OECD (The Organisation for Economic Co-operation and Development) lainnya.

WHO telah mengidentifikasi eliminasi lemak trans produksi industri dari pasokan pangan global sebagai salah satu prioritas rencana strategisnya. Dalam Program Pekerjaan Umum ke 13 (GPW13) yang akan memandu pekerjaan WHO pada 2019-2023, WHO berkomitmen mengurangi kematian dini akibat penyakit tidak menular hingga sepertiganya pada 2030. Penghapusan penggunaan lemak trans bikinan industri dianggap sebagai salah satu langkah efektif untuk mewujudkan hal tersebut.

“Mengapa anak-anak kita harus mengkonsumsi bahan yang tidak aman dalam makanan mereka?” kata Tedros. (TIM REDAKSI)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *