Perempuan Garda Terdepan Tanggulangi Pandemi Covid-19

Oleh: Elia Anasthasia
Aktifis Perempuan

“Melewati malam hingga petang, menempuh badai hingga reda, menempuh perang hingga menang, menempuh duka hingga datang suka” -RA Kartini

Menjadi duka bagi peradaban manusia saat ini dimana dunia yang ditinggali milyaran manusia dilanda bencana yaitu pandemi COVID-19. Di Indonesia sudah ribuan orang terkonfirmasi positif tertular virus asal Wuhan China tersebut. Sungguh ironis melihat keadaan Indonesia saat ini ditengah wabah pandemi Covid-19.

Bertepatan peringatan hari kartini, kemarin, layak menjadi refleksi semangat kaum wanita dalam memerangi wabah Covid-19. Pahlawan perempuan khususnya perawat dan dokter menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemi COVID-19. Ini sangat perlu kita apresiasi semangat perjuangan yang telah mereka berikan untuk pengabdian kepada ibu pertiwi.

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2019, jumlah perempuan sebagai tenaga kesehatan secara global mencapai angka 70 persen dari total keseluruhan tenaga kesehatan. Di balik ketangguhan tenaga medis bukan berarti tidak ada rasa takut dan cemas yang menghampiri setiap benaknya. Semakin hari semakin banyak pasien COVID-19 berdatangan memicu situasi yang semakin berat bagi tenaga medis.

Selain itu tidak dapat melakukan kontak fisik secara langsung membuat mereka berjauhan dari keluarga, tidak dapat bertemu dengan orangtua, anak, dan suami menimbulkan rasa kecemasan tersendiri. Bahkan, tidak sedikit dari pahlawan medis tersebut gugur dalam peperangan wabah ini. Tidak hanya itu ketika sudah dalam keadaan gugur pun mereka diperhadapkan dengan stigma masyarakat yang enggan menerima mereka. Dikarenakan mereka yang rentan terkena dampak penularan virus pandemi COVID-19 tersebut.

Berangkat dari hal tersebut tingkat kejenuhan bahkan penurunan kesehatan mental perawat dan dokter perlu menjadi perhatian kita semua. Terlebih mereka tenaga medis yang menjadi garda terdepan pada kasus wabah pandemi COVID-19. Kemudian selain dari sisi tenaga medis perempuan, ada perempuan lainnya yang turut bekerja melayani yaitu mereka yang secara khusus menyediakan perlengkapan APD, handsanitizer, pelaku usaha UMKM ini sebagian besar diisi oleh perempuan.
Dan tak kalah penting juga para pemikir pengambil kebijakan dalam hal ini gubernur, walikota, bupati yang diisi oleh perempuan.

Melalui mereka kebijakan-kebijakan strategis dalam lingkup sektor ekonomi, sosial dan kesehatan yang turut terseret dalam dampak pandemi COVID-19.
Perlu kita lihat juga semangat para influencer, relawan, bahkan perempuan pekerja sosial yang juga turut membantu memberikan edukasi melalui kampanye positif dengan menggalakan hidup sehat dan bersih, serta bantuan donasi, sumbangan APD, masker dll.

Setiap profesi apapun perempuan tetap saling memberdayakan potensi yang dimilikinya, semangat kartini harus senantiasa dipegang teguh oleh perempuam dimana pun. Menjadi pelita yang tidak pernah padam bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.

Teruntuk perempuan-perempuan indonesia yang terjun dalam tenaga kesehatan, pengambil kebijakan, pekerja formal dan informal, influencer, relawan, jurnalis, aktivis mahasiswa, pengusaha, bahkan ibu rumah tangga semangat melayani dengan ketulusan hati, karena percaya dan yakin setiap perjuangan dan pengorbanan akan memiliki makna tersendiri.

Semangat kartini akan terus mengalir pada setiap jiwa perempuan Indonesia. Mudah-mudahan keadaan Indonesia menjadi lebih baik dan segera terlepas dari belenggu pandemi COVID-19. Perempuan akan selalu menjaga kehidupan dan tentunya kehidupan tidak terlepas dari energi yang dicurahkan oleh perempuan.

Selamat hari kartini, selamat merayakan dan merefleksikan perjuangan sang pahlawan perempuan R.A Kartini. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *