Medsos Efektif untuk Kampanye Caleg? Ini Kata Pengamat

Tanjungpinang, KepriDays.co.id – Calon anggota legislatif (Caleg) banyak yang memanfaatkan media sosial (medsos) untuk berkempanye politik. Baik itu Facebook, WhatsApp, Twitter, Instagram dan lain-lain. Tak terkecuali di Tanjungpinang.

Amatan KepriDays.co.id ada yang mengelola kampanye medsos secara profesional melalui tim official-nya, ada juga yang berkampanye amatiran. Dengan berbagai kreasi mereka berkampanye merebut hati masyarakat.

Pengamat Politik Tanjungpinang Robby Patria mengatakan kampanye di medsos memang menarik, karena mudah dan murah tentunya. Sehingga para caleg yang sebelumnya fokus kampanye melalui selebaran, spanduk, baleho pada Pemilu 2019 mulai hijrah memanfaatkan medsos, meskipun tidak semua.

“Kalau harus mengumpulkan orang dan membuat pertemuan-pertemuan ini harus tersistematis tak bisa dadakan. Butuh dana besar juga. Sedangkan lewat medsos lebih simpel dan mudah,” kata Mantan Ketua KPU Tanjungpinang ini, Kamis (24/01/19).

Menurutnya, bila dibandingkan baleho atau sepanduk, masih menguntungkan kampanye di lewat medsos. Karena efek kampanye baleho atau sepanduk untuk mempengaruhi orang memilih, tidak terlalu banyak. Namun lebih kepada popularitas semata.

“Baleho dan spanduk ini hanya memperkenalkan tidak bisa mempengaruhi pemilih. Karena pemilih itu bisa terpengaruh berdasarkan track record, visi misi dan program. Itu tidak bisa dengan baleho maupun sepanduk yang terbatas,” katanya.

Robby kemudian menjelaskan, di negara demokrasi berkembang seperti Indonesia, banyak pemilih tradisional. Pemilih tipe itu sangat sulit untuk berpindah pilihan. Karena mereka memilih berdasarkan status, identitas dan kedekatan.

Sedangkan yang potensial diperebutkan adalah suara pemilih rasional. Mereka memilih berdasarkan rasionalitas. Bahkan pemilih ini juga bisa mempengaruhi pemilih tradisional, meskipun kemungkinan pemilih tradisional berpindah pilihan cukup kecil.

“Di medsos ini yang paling banyak diperebutkan adalah pemilih rasional. Pemilih rasional ini bisa mendongkrak suara, tapi tetap yang harus diperkuat pemilih tradisional. Karena jumlahnya lebih banyak,” katanya.

Kemudian menurutnya, baik pemilih tradisional dan rasional ini lebih efektif dirangkul untuk memilih dengan metode kamoanye dialog dan tatap muka.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *