oleh

Puasa Ramadan Momentum Tepat Melatih Kedisiplinan Diri

oleh: Ahmad Farhan Choirullah
Peneliti, Penulis Dan Dosen Bidang Hukum Islam

Kepridays.co.id-Bulan Ramadan merupakan bulan agung yang Allah SWT peruntukkan bagi para hambanya, dalam hal ini khususnya ummat Islam. Mengapa ia dikatakan sebagai bulan agung? Karena di dalamnya penuh dengan limpahan rahmat, kasih sayang, ampunan dan berkah dari Allah SWT.

Tidak hanya itu, bulan Ramadhan juga dikatakan sebagai bulan yang mulia bagi ummat Islam dimana ia merupakan bulan diturunkannya al-Qur’an al-Karim yang menjadi pedoman hidup dan perintah untuk menunaikan ibadah puasa selama satu bulan guna meraih ketaqwaan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. al-Baqarah (2) 183:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Saat ini sudah memasuki fase kedua bulan Ramadhan dimana ummat Islam (muslim dan muslimah) baik muda maupun tua di seluruh penjuru bumi sedang asyik dan penuh kekhusyu’an melaksanakan ibadah puasa yang menjadi salah satu bagian dari pilar utama dalam rukun Islam. Kalau kita menghayati lebih mendalam tentunya banyak sekali keutamaan dari puasa Ramadhan yang dapat diperoleh bagi setiap muslim. Terlebih pahala yang dijanjikan Allah SWT bagi para hambanya yang konsisten dan senantiasa menghiasi puasanya dengan perbuatan-perbuatan positif akan dilipat gandakan.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ. (رواه مسلم)

Artinya: “Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya”.

Dalam konteks ritual keagamaan, berpuasa di bulan Ramadhan memiliki makna yang sangat luas, dan bahkan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya dapat diaplikasikan oleh setiap muslim pada kehidupan sehari-hari pasca bulan Ramadhan. Karenanya berpuasa dalam hal ini tidak hanya dimaksudkan dalam maknanya yang sempit yaitu untuk sekedar menahan rasa lapar, haus dahaga dan hawa nafsu seksual mulai terbit fajar hingga menjelang waktu untuk berbuka puasa saja. Jika manusia melaksanakan ibadah puasa Ramadhan hanya dalam maknanya yang sempit tersebut tentu sangatlah merugi mereka. Hal ini pernah ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

Artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga”.

Memang betul melaksanakan puasa secara dzahirnya menahan makan, minum dan hawa nafsu, namun esensi sebenarnya yang terkandung di dalam ibadah puasa tidak lain untuk melatih kedisiplinan diri yang dengannya itu manusia dapat meraih tujuan utamanya ketaqwaan yang hakiki. Karenanya tidak berlebihan jika bulan Ramadhan ini sangat tepat dijadikan momentum untuk melatih kedisiplinan diri bagi setiap muslim.

Sebagai muslim tentunya kita harus menyadari betul betapa penting kedisiplinan diri ini berada dan melekat kuat di dalam jiwa dan raga, sehingga ia mampu menjadi self control dalam setiap ruang gerak dan aktivitas kehidupan baik dalam bermu’amalah secara vertikal dengan sang pencipta maupun secara horizontal dengan sesama manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Terdapat beberapa hal penting menjadikan puasa Ramadhan sebagai momentum tepat untuk melatih kedisiplinan diri, antara lain:

Pertama, memantapkan hati manusia untuk beriman hanya kepada Allah SWT dan tidak menyembah selainnya maupun menyekutukan sesuatu dengannya. Melalui puasa Ramadhan tentu akan dapat menambah ketajaman spiritualitas manusia khususnya dalam beribadah kepada Allah SWT guna memperoleh derajat ketaqwaan. Ketajaman spiritual membawa pengaruh yang kuat ke dalam diri seorang muslim, sehingga ia akan konsisten beribadah dan berdo’a hanya kepada Allah SWT dengan penuh khusyu’an. Hal ini merupakan bentuk kedisiplinan diri yang sangat dibenarkan dalam agama, karena sejatinya manusia hanya beriman kepada Allah SWT dan menolak selainnya.

Kedua, melakukan perbuatan positif dan menyelesaikan tepat pada waktunya, khususnya dalam melaksanakan shalat lima waktu. Di bulan Ramadhan hampir seluruh muslim memfokuskan diri melakukan ibadah puasa dan menghiasinya dengan aktivitas-aktivitas positif yang bernilai ibadah, serta berusaha keras menghindari perkara-perkara yang dilarang dalam agama guna memperoleh keridhaan Allah SWT.

Puasa hakikatnya mendorong jiwa manusia untuk senantiasa berperilaku positif dalam menjalani kehidupan di bumi dan menahan diri agar tidak melakukan tindakan yang dapat membahayakan bagi diri sendiri maupun manusia lainnya, sehingga tercipta kerukunan dan kedamaian. Dengan begitu inilah sejatinya bentuk kedisiplinan diri seorang muslim yang sesuai dengan tuntunan agama.

Ketiga, bersikap sabar dan penuh optimis dalam upaya menggapai tujuan. Tanpa disadari sebenarnya melalui puasa sikap-sikap negatif yang berada di dalam diri manusia dapat dikontrol dan dihilangkan. Pada dasarnya puasa itu sendiri memiliki makna menahan “al-Imsak”, yang maksudnya menahan dari hal-hal yang dapat membatalkan ibadah puasa.

Sebagai contoh seorang muslim boleh makan ayam balado, tapi saat sedang berpuasa dia harus menahan keinginannya tersebut hingga waktu berbuka puasa tiba. Oleh karenanya, dengan melaksanakan puasa Ramadhan setiap muslim dapat melatih kedisiplinan dirinya untuk bersikap sabar dalam melakukan sesuatu dan optimis dapat meraihnya, sehingga dia tidak ceroboh dan menyesal di kemudian hari. Justeru dengan adanya kesabaran inilah menjadi kunci kesuksesan manusia dalam menggapai sesuatu yang diekspektasikannya.

Keempat, pandai bersyukur dan tidak berperilaku boros. Salah satu titik kelemahan manusia yaitu kurang mau bersyukur atas segala karunia yang telah diberikan Allah SWT. Perlu dipahami bahwa melalui pelaksanaan ibadah puasa dapat menjadi sarana bagi diri manusia untuk melatih kedisiplinan diri dengan pandai bersyukur dan tidak menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak dibutuhkan.

Saat seorang muslim sedang melaksanakan puasa dia dapat memiliki kepekaan atas segala karunia yang telah dianugerahi Allah SWT kepadanya sehingga dia dapat senantiasa bersyukur dan berkeinginan berbagi rezeki kepada sesama manusia yang membutuhkan bantuannya. Inilah bentuk kedisiplinan diri yang seharusnya diaplikasikan oleh setiap muslim di dalam kehidupan sehari-hari.

Kelima, menjaga pola makan, kesehatan, kebersihan dan keindahan lingkungan. Dalam ajaran agama menjaga kebersihan termasuk di dalamnya kesehatan dan keindahan merupakan bagian dari iman. Melalui puasa seorang muslim dapat melatih kedisiplinan dirinya untuk menjaga pola makan dan mengkonsumsi makanan yang halal baik saat sahur maupun berbuka puasa.

Dengan membiasakan keduanya tentu tubuh tidak kekurangan nutrisi, justru kesehatan dapat terjaga dan pola hidup lebih teratur. Selain itu, berpuasa juga dapat melatih kedisiplinan diri seorang muslim untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungannya dengan membuang sampah pada tempatnya dan tidak melakukan pencemaran baik di tempat domisilinya maupun di daerah-daerah lainnya.

Melekatnya kedisiplinan diri di dalam jiwa dan raga setiap muslim merupakan sesuatu yang harus dan tidak dapat ditolak. Karena dengan terlekatnya kedisiplinan diri mampu menghadirkan suasana yang kondusif, terlebih dalam memantapkan langkah guna mengimplentasikan visi dan misi yang menjadi arah tujuan hidup, serta meneguhkan tekad kuat dalam meraih sesuatu yang diekspektasikan. Semoga kita semua mampu untuk senantiasa melatih kedisiplinan diri dan mengimplementasikannya pada bulan-bulan pasca Ramadhan.

Wallahu A’lam Bishawab …

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 komentar

  1. Setelah membaca artikel ini,menurut saya tulisan /artikel ini sangat tepat sekali disaat masa dimana mulai sekarang kita harus sudah mulai membiasakan diri untuk melatih kedisiplinan baik diri kita sendiri maupun di keluarga.Didalam tulisan ini secara tidak langsung mengajak kita untuk dalam kehidupan sehari-hari harus sudah mulai melatih kedisiplinan.
    Sebagai muslim tentunya kita harus menyadari betul betapa penting kedisiplinan diri ini berada dan melekat kuat di dalam jiwa dan raga, sehingga ia mampu menjadi self control dalam setiap ruang gerak dan aktivitas kehidupan baik dalam bermu’amalah secara vertikal dengan sang pencipta maupun secara horizontal dengan sesama .
    Dengan kedisplinan diri menurut saya sedikit banyak membawa perubahan dimana seseorang akan memulai dari hal yang terkecil seperti dari pola makan atau pola hidup menjadi teratur dan tidak semena atau semau hatinya.Karena dengan terlekatnya kedisiplinan diri mampu menghadirkan suasana yang kondusif, terlebih dalam memantapkan langkah guna mengimplentasikan visi dan misi yang menjadi arah tujuan hidup, serta meneguhkan tekad kuat dalam meraih sesuatu yang diekspektasikan.Apalagi disaat pandemi covid 19 yang kita rasakan sekarang ini mau tidak mau dengan sendirinya kedisiplinan diri harus kita terapkan di dalam kehidupan sehari-hari seperti selalu membiasakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan pada saat waktu buka telah tiba atau bahkan setelah habis memegang sesuatu yang kita anggap tidak bersih yang kehigienisannya tidak terjamin.Dengan artikel ini saya fikir semua pembaca dapat merasakan manfaat yang tersirat dari tulisan/artikel ini.Semoga kita semua mampu untuk senantiasa melatih kedisiplinan diri dan mengimplementasikannya pada bulan-bulan pasca Ramadhan dan disaat pandemi ini.