Dunia, KepriDays.co.id – Orang tua perlu belajar untuk memahami suasana hati anak saat makan. Jangan terpaku pada kebiasaan makan anak saat bayi. Misalnya, dulu ketika bayi anak mau melahap makanan apa saja, tapi kenapa sekarang mulai pilih-pilih?
Pada bayi, makan hanya berhubungan dengan metabolisme tubuh untuk menyesuaikan diri, apakah mereka lapar atau sudah kenyang. Setelah memasuki usia 3 tahun, anak mulai merespons makanan dengan lebih banyak emosi dan suasana hati.
Kepala Program Studi Ilmu Psikologi Universitas Texas di Dallas, Amerika Serikat, Shayla C. Holub, memperingatkan agar Anda tidak melulu menggunakan cokelat, permen, atau es krim sebagai hadiah atau makanan di hari perayaan.
Sertakan pula buah-buahan dan makanan sehat lainnya dalam suasana gembira agar makanan itu terasosiasi dengan suasana gembira.
Ketika anak terlihat malas makan, coba perhatikan, bagaimana suasana hati mereka? Jangan heran anak malas makan karena suasana hati sedang tidak gembira.
Dalam kondisi seperti ini, memaksa anak agar makan dengan cepat atau menekan mereka untuk tidak pilih-pilih makanan justru akan menyebabkan stres dan trauma. Lantas apa yang harus dilakukan?
Bangun suasana hati anak dengan hal-hal menyenangkan seperti bermain atau berikan makanan pembangkit suasana hati.
Bukankah orang dewasa juga terkadang butuh menu pembuka untuk membangkitkan selera makan? Jadi tak masalah jika Anda harus memberi sedikit cokelat, puding, buah, atau makanan kesukaan anak sebagai menu pembuka, untuk memperbaiki suasana hati mereka.
Tunggu hingga suasana hati anak membaik, baru sodorkan makanan utama. Dengan suasana hati yang tenang dan gembira, anak mudah melahap makanan apa saja yang tersedia. (TIM REDAKSI)
Komentar