Tanjungpinang, KepriDays.co.id– Mantan Gubernur Kepri, Ismeth Abdullah merasa sedih melihat kondisi perekonomian Provinsi Kepri akhir-akhir ini. Dia melihat pertumbuhan ekonomi melambat dan lesu.
“Dari laporran masyarakat, dalam tanda petik, “salah urus”. Sedih. Tapi sudah terjadi mau apa,” kata Ismeth saat bincang-bincang di Restoran Hotel Pelangi, Taningpinang, Rabu (23/10/2019).
Dia juga melihat kelesuan itu dari beberapa faktor, misalnya lahan pertaniah di Bintan. Dulu saat ia memimpin, kerja sama dengan Singapura. Saat panen sayur mayur dibayar dengan harga bagus. Pupuk disubsidi pemerintah, supaya petani tak berat.
“Bulan yang lalu, saya ke Wacopek, katanya sudah tidak ada lagi. Saya tanya ke petani sudah berapa tahun, mereka katakan tiga tahun. Jadi miskin kembali petani. Jadi banyak masalah,” katanya.
Di Batam, lanjutnya, pabrik-pabrik banyak yang tutup. Galangan kapal tutup. Beberapa pengusaha di Batam sudah pergi mencari usaha di luar Batam.
“Kalau galangan kapal itu tutup, yang berhenti bekerja banyak. 500 orang, 700 orang, waduuuuhh,” keluh Ismeth.
Ismet juga menceritakan saat ia ke Kijang beberapa kali, berjumpa para tokoh, dan ia lihat ada kelesuan ekonomi.
Kepri sebagai provinsi ke 32, diawal belum sampai 6 tahun berdiri pernah mencapai pertumbuhan ekonomi 7,3 persen. “Tapi tiga tahun lalu nyungsep 2 persen. Sekarang katanya sudah mulai naik 3 persen lebih. Ini tidak boleh dibiarlan. Ini bahaya, mau jadi apa ini,” kata Ismeth.
Terkait niatnya akan kembali bertarung di Pilgub 2020, Ismeth mengatakan, ada desakan dan dukungan mengalir dari berbagai daerah, baik di Lingga, Karimun, Tanjungpinang, Bintan, apalagi di Batam.
“Awalnya tak mau, karena sudah pensiun, sudah sembilan tahun meninggalkan provinsi, aktif di dunia konsultan. Namun disaat itu desakan terus mengalir, puncaknya ketika hal yang menimpa adinda Nurdin. Sedih saya,” ujarnya.
Menurutnya, dia sudah bilang ke masyarakat, bahwa dirinya sudah tua, sudah kepala tujuh, namun masyarakat bilang tak perduli, yang penting pak Ismeth turun lagi, mencalonkan diri. Setelah berunding dengan keluarga, dan anak-anak, akhirnya disetujui keluarga.
“Ya sudahlah, manfaatkan sisa umur saja. Sekarang, karena sudah 9 tahun meninggalkan provinsi, tentu perlu sosialisasi lah,” kata Ismeth.
Wartawan: Munsyi Untung
Editor: Ikhwan