BPTP Balitbangtan Kepri Kembangkan Teknologi Budidaya Buah Naga di BBI Provinsi Kepulauan Riau

oleh Dr. Ir. Sugeng Widodo, MP.
Kepala Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian (BPTP) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Provinsi Kepulauan Riau

KepriDays.co.id-Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Riau telah melakukan kerjasama pengembangan teknologi budidaya buah naga dengan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepulauan Riau. Budidaya buah naga tersebut dikembangkan di lahan Balai Benih Induk (BBI) wilayah Tembeling Kabupaten Bintan.

BPTP Kepri mengembangkan buah naga dengan menerapkan inovasi teknologi dari Badan Litbang Pertanian. Kegiatan ini awalnya dirintis oleh Kepala BPTP Kepri Mizu Istianto pada bulan Oktober 2018 dan mulai tahun 2019 diteruskan oleh Kepala BPTP Kepri yang baru Sugeng Widodo untuk pemeliharaan dan sentuhan teknologi pemupukan, pengendalian gulma disekitar perakaran buah naga, penyiraman dengan pemasangan drip irigasi dan pengendalian OPT.

Sampai dengan saat ini pertumbuhan tanaman buah naga di BBI cukup baik dan sudah berulangkali panen. Pada tahun 2019 pengembangan buah naga dilakukan oleh BPTP Kepri di beberapa lokasi di Kabupaten Bintan, namun masih dalam skala perbaikan teknologi.

Buah naga dikelompokan kedalam keluarga tanaman kaktus. Meskipun dikenal sebagai buah dari Asia, tanaman ini aslinya berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Pada tahun 1870, bangsa Perancis membawa buah naga dari Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Karena rasanya manis, buah naga kemudian dikonsumsi secara meluas di Vietnam dan Cina. Di Indonesia, buah naga mulai populer sejak tahun 2000.

Saat ini terdapat beberapa spesies tanaman buah naga yang banyak dibudidayakan. Jenis-jenis buah populer yaitu; hylocereusundatus kulitnya merah dengan daging buah putih, hylocereus polyrhisus kulit merah dengan daging buah merah,hylocereus costaricensis kulit merah dengan daging buah merah pekat agak keunguan.

Ada beberapa khasiat dari buah naga, diantaranya; penyeimbang kadar gula darah, membersihkan darah, menyehatkan leher, perawatan kecantikan, menguatkan daya kerja otak, meningkatkan ketajaman mata, mengurangi keluhan panas dalam dan sariawan, menstabilkan tekanan darah, mengurangi keluhan keputihan, mengurangi kolestrol dan mencegah kanker usus, serta mencegah sembelit.
Teknologi Budidaya Buah Naga:

Pertama persiapan bibit, terdapat dua cara tanaman buah naga bisa diperbanyak yaitu dengan generatif dan vegetatif. Cara generatif yaitu memperbanyak tanaman dari biji. Benih diambil dengan cara mengeluarkan biji dari buah naga terpilih. Cara ini sedikit sulit dan biasanya dilakukan oleh para penangkar berpengalaman. Cara vegetatif relatif lebih banyak dipakai karena lebih mudah. Budidaya buah naga dengan cara vegetatif lebih cepat menghasilkan buah. Selain itu, sifat-sifat tanaman induk bisa dipastikan menurun pada anaknya.

Kebutuhan bibit untuk budidaya buah naga seluas satu hektar sekitar 6000-1000 bibit. Jumlah bibit yang diperlukan tergantung pada metode tanam dan pengaturan jarak tanam. Metode budidaya buah naga dengan tiang panjat tunggal dibutuhkan sebanyak 1600 batang dengan kebutuhan bibit tanaman sebanyak 6.400 bibit per hektar.

Kedua pembuatan tiang panjat, tiang panjat biasanya dibuat permanen dari beton. Bentuk tiangnya bisa pilar segi empat atau silinder dengan diameter sekitar 10-15 cm. Tinggi tiang panjat biasanya 2-2,5 meter. Tiang tersebut ditanam sedalam 50 cm agar kuat berdiri. Di ujung bagian atas diberikan penopang berupa batang kayu atau besi membentuk ‘+’. Kemudian tambahkan besi berbentuk lingkaran atau bisa juga ban motor bekas. Sehingga bagian ujung atasnya berbentuk seperti stir mobil. Buatlah tiang panjat tersebut secara berbaris, jarak tiang dalam satu baris 2,5 meter sedangkan jarak antar baris 3 meter. Jarak ini juga sekaligus menjadi jarak tanam. Di antara barisan buat saluran drainase sedalam 25 cm.

Ketiga pengolahan tanah, setelah tiang panjat disiapkan, buatlah lubang tanam dengan ukuran 60×60 cm dengan kedalaman 25 cm. Posisi tiang panjat persis terletak ditengah-tengah lubang tanam tersebut. Campurkan tanah galian dengan pupuk kompos atau pupuk kandang yang telah matang sebanyak 10-20 kg. Tambahkan juga dolomit atau kapur pertanian sebanyak 300 gram, karena buah naga memerlukan banyak kalsium. Aduk bahan-bahan tersebut hingga merata.

Timbun kembali lubang tanam dengan campuran media di atas. Kemudian siram dengan air hingga basah tapi jangan sampai tergenang. Biarkan lubang tanam yang telah ditimbun kembali tersinari matahari dan mengering. Setelah 2-3 hari, berikan pupuk TSP sebanyak 25 gram. Pemberian pupuk melingkari tiang panjat dengan jarak sekitar 10 cm dari tiang. Biarkan selama kurang lebih 1 hari. Kini lubang tanam siap untuk ditanami.

Keempat penanaman, untuk satu tiang panjat dibutuhkan 4 bibit tanaman buah naga. Bibit ditanam mengitari tiang panjat, jarak antar tiang panjat dengan bibit tanaman sekitar 10 cm. Bibit dipindahkan dari bedeng penyemaian atau polybag. Gali tanah sedalam 10-15 cm, atau disesuaikan dengan ukuran bibit. Kemudian bibit diletakkan pada galian tersebut dan ditimbun dengan tanah sambil dipadatkan. Setelah ke-4 bibit ditanam, ikat batang bibit tanaman tersebut sehingga menempel pada tiang panjat. Pengikatan jangan terlalu kencang untuk memberi ruang gerak pertumbuhan tanaman dan agar tidak melukai batang.

Kelima pemupukan dan pemeliharaan, pemupukan pada masa awal pertumbuhan pupuk yang dibutuhkan harus mengandung banyak unsur nitrogen (N). Pada fase berbunga atau berbuah gunakan pupuk yang banyak mengandung fosfor (P) dan kalium (K). Pemakaian urea tidak dianjurkan untuk memupuk buah naga, karena sering mengakibatkan busuk batang. Pemupukan dan perawatan, pupuk kompos atau pupuk kandang dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan dosis 510 kg per lubang tanam. Pada saat berbunga dan berbuah berikan pupuk tambahan NPK dan ZK masingmasing 50 dan 20 gram per lubang tanam. Pada tahun berikutnya perbanyak dosis pemberian pupuk sesuai dengan ukuran tanaman. Pupuk tambahan berupa pupuk organik cair, pupuk hayati atau hormon perangsang buah bisa diberikan untuk memaksimalkan hasil.
Pemeliharaan:

a. Penyiraman Penyiraman bisa dilakukan dengan mengalirkan air pada parit-parit drainase. Selain itu juga bisa menggunakan gembor atau irigasi tetes. Penyiraman dengan parit drainase dilakukan dengan merendam parit selama kurang lebih 2 jam. Bila penyiraman dilakukan dengan gembor, setiap lubang tanam disiram dengan air sebanyak 4-5 liter. Frekuensi penyiraman 3 kali sehari di musim kering, atau sesuai dengan kondisi tanah.

b. Penyiraman, bisa dikurangi atau dihentikan ketika tanaman mulai berbunga dan berbuah. Pengurangan atau penghentian penyiraman bertujuan untuk menekan pertumbuhan tunas baru sehingga pertumbuhan buah bisa maksimal. Penyiraman tetap dilakukan apabila tanah terlihat kering dan tanaman layu karena kurang air.

c. Pemangkasan, ada tiga tipe pemangkasan dalam budidaya buah naga;. Pemangkasan untuk membentuk batang pokok dilakukan pada batang bibit tanaman. Tanaman yang baik memiliki batang pokok yang panjang, besar dan kokoh. Untuk mendapatkan itu pilih tunas yang tumbuh di bagian paling atas batang awal. Tunas yang tumbuh dibawahnya sebaiknya dipotong saja. Pemangkasan untuk membentuk cabang produksi dilakukan pada tunas yang tumbuh pada batang pokok. Pilihlah 3-4 tunas untuk ditumbuhkan. Nantinya tunas ini akan menjadi batang produksi dan tumbuh menjuntai ke bawah. Tunas yang ditumbuhkan sebaiknya yang ada di bagian atas, sekitar 30 cm dari ujung atas. Pemangkasan peremajaan dilakukan terhadap cabang produksi yang kurang produktif. Biasanya sudah berbuah 3-4 kali. Hasil pangkasan peremajaan ini bisa dijadikan sumber bibit tanaman.

d. Pengendalian Hama dan Penyakit Buah Naga. Melakukan monitoring/pemantauan kebun/tanaman secara ketat, jika gejala awal serangan penyakit busuk batang/bercak batang/bintik putih dan merah pada tunas muda ditemukan, segera lakukan eradikasi dengan cara : buang bagian yang bergejala, lakukan pengerokkan sampai ke bagian berkayu dari batang. Biasanya kalau gejala penyakit baru muncul bagian berkayu dari batang ini masih hijau (tidak ikut membusuk). Setelah itu semprot bagian batang berkayu bekas pengerokan tadi dan bagian batang di sekitarnya dengan fungisida dan bakterisida penyemprotan dengan fungisida dan bakterisida dilakukan secara berkala (setiap minggu).

Penggunaan fungisida secara bergantian (sistemik dan kontak). Fungisida yang sesuai adalah Bubur Bordo. Bubur Bordo (BB) dapat kita buat dari terusi, kapur dan air (1:1:100 b/b/v). Terusi dan kapur ditumbuk sampai halus, supaya mudah larut di dalam air yang dingin lalu semprotkan ke seluruh bagian tanaman. Bagian tanaman yang busuk bekas pemotongan dikumpulkan dikubur atau dibakar supaya tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman lainnya. Kurangi cabang untuk mengurangi kelembaban.

Udara lembab dan panas akan memicu perkembangan penyakit. Penyakit busuk batang dapat diperparah dengan adanya serangan hama kutu sisik pada batang. Lakukan penyemprotan dengan insektisida secara berkala untuk mengurangi kutu sisik dan hama lainnya. Gunakan beberapa insektisida secara berselang seling untuk mengurangi resistensi hama. Lakukan budidaya tanaman sehat dengan melakukan pemupukan (organik dan anorganik), penyiraman dan sanitasi lahan secara rutin.

Pemanenan Tanaman buah naga berumur panjang. Siklus produktifnya bisa mencapai 15-20 tahun. Budidaya buah naga mulai berbuah untuk pertama kali pada bulan ke 10 hingga 12 terhitung setelah tanam. Namun apabila ukuran bibit tanamannya lebih kecil, panen pertamanya bisa mencapai 1,5-2 tahun terhitung setelah tanam. Produktivitas pada panen pertama biasanya tidak langsung optimal. Satu tanaman biasanya menghasilkan 1 kg buah.

Dalam satu tiang panjat terdapat 4 tanaman. Berarti dengan jumlah tonggal 1600 dalam satu hektar akan dihasilkan sekitar 6-7 ton buah naga sekali musim panen. Usaha budidaya buah naga yang sukses bisa menghasilkan lebih dari 50 ton buah per hektar per tahun. Ciri-ciri buah yang siap panen adalah kulitnya sudah mulai berwarna merah mengkilap. Jumbai buah berwarna kemerahan, warna hijaunya sudah mulai berkurang. Mahkota buah mengecil dan pangkal buah menguncup atau berkeriput. Ukuran buah membulat dengan berat sekitar 400-600 gram. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *