Seknas Jokowi Kepri Ingin Perkuat Kebudayaan di Tanah Melayu

Tanjungpinang, KepriDays co.id -Seknas Jaringan Organisasi Komunikasi Warganegara Indonesia (Jokowi) menggelar Focus Group Discusion (FGD) yang bertemakan Kebudayaan yang mencakup pangan dan energi, Jum’at (14/10/22) kemarin di Ruangan Studio Kantor Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Kepri, Jalan Basuki Rahmat Tanjungpinang.

FGD yang dihadiri kurang lebih 70 orang tersebut terdiri dari berbagai kalangan, juga dihadiri Gubernur Kepri yang diwakili Said Sudrajat membuka FGD tersebut.

Kemudian ada Kadisbud Kepri yang diwakili Raja Chairullah yang bertindak sebagai narasumber, Dono Prasetyo selaku Sekjend DPN Seknas Jokowi Pusat, LAM Kepri H.Sarno, LAM Kota Raja Syaiful Anwar, dan jajar Seknas Jokowi Kepri serta daerah tingkat 2 lainya di Kabupaten/Kota.

Dono Prasetyo menjelaskan, apa yang terangkum pada FGD di wilayah-wilayah juga termasuk bagian dari aspirasi, termasuk FGD yang sedang berjalan hari ini. “Apapun yang terangkum nantinya akan di bawa ke pusat,” ujarnya.

Berbagai masukan yang ditampung terkait realita implementasi budaya yang semakin menurun, termasuk budaya gotong royong, dan lainnya di tanggapi narasumber Raja Chairullah dengan penjelasan secara filosofi.

Raja Chairullah mengatakan, pada saat ini paradigma dihadapkan dengan dua hal yaitu, appearance (penampakan) dan realita. Sama dengan melihat air laut dari jauh kelihatannya biru, setelah diambil ternyata sama saja dengan air bak. Itu gambarannya secara filosofi.

Artinya apakah sudah benar-benar menjalankan hakikat kebudayaan, yang nantinya akan mempengaruhi pilar-pilar yang lain. Yang takutkan arogansi hari ini dianggap sebagai kebudayaan, tanpa disadari.

“Mari kita benarkan akal sehat kita dan kita tunjukkan kemelayuan kita sebagai warga Kepulauan Riau yang berbasis tunjuk ajar,” jelasnya.

Sedangkan budaya itu merupakan esensi atau pengembangan dari bahasa Budi, maksudnya bagaimana seorang makhluk itu berbudi, mamiliki kebaikan untuk dirinya sendiri dan orang lain.

Kemudian dalam tatanan budaya ini tidak keluar dari konteksnya, maka muncullah adat istiadat, yang dibentuk dengan tujuannya aga lebih menyempurnakan budaya itu sendiri, yang ada aturan dan norma-norma didalamnya.

Dari semua itu yang terpenting adalah nilai-nilainya yang harus ditanamkan dan diimplementasikan di kenyataan. Itulah akar sebuah budaya dimana antara satu sama lain tidak saling menyakiti dan tidak saling menggaggu. Itulah nilai dari Budi yang sebenarnya.

“Susunan budaya itu seperti Piramida. Dibawahnya sebagai pondasi Piramida itu ada namanya nilai. Ditengahnya ada norma, berikutnya baru muncul sub, bagian, seperti pengembangan tari, kesenian yang dikemas dengan memiliki filosofinya dan nilai-nilainya”, bebernya.

Sementara, Ketua Seknas Jokowi DPW Kepri Iswaniah menambahkan, aspirasi masyarakat belum tentu tertampung semuanya oleh legislatif. Sebenarnya ada lima pilar yang perlu dibahas, namun karena waktu terbatas maka memilih Kebudayaan yang mencakup pangan dan energi.

“Apalagi di Kepri yang memiliki 7 Kabupaten kota ini dengan bahasa, termasuk makanan khas, sumber energi yang tentu juga tidak sama dengan wilayah Nusantara lainnya”, tutupnya.

Wartawan: Munsyi Untung
Editor: Roni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *