Lebai Tamat Mati Dipenggal, Penyebar Aqidah Sesat di Tanah Melayu (Telaah Kisah)

Oleh Mhd Munirul Ikhwan
Sekretaris Umum MUI Kota Tanjungpinang
Pengurus LAM Kepri Kota Tanjungpinang Bidang Agama

BILA di jazirah arab kita mendengar atau membaca hikayat Al-Hallaj yang dieksekusi mati, kemudian di Tanah Jawa ada Syekh Siti Jenar (Syeh Lemah Abang) yang juga bernasib sama, maka di tanah Melayu ada hikayat Lebai Tamat. Lebai Tamat juga dieksekusi mati, kepalanya dipenggal.

Ketiganya dieksekusi mati karena menyebarkan ajaran aqidah yang sesat diantaranya hulul yaitu eksistensi tuhan melebur kepada makhluk, ittihad yaitu menyatunya tuhan dan makhluk dan wahdatul wujud (pantheisme) yaitu keyakinan bahwa semua yang ada wujud Allah.

Lalu bagaimana kisah selengkapnya tentang Lebai Tamat?

Diceritakan oleh Raja Ali Haji dalam kitab Tuhfat Al-Nafis bahwa peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah III dan Yang Dipertuan Muda VI Raja Jaafar(1806-1813 M). Pada masa ini, istana kesultanan Riau-Lingga berada di Negri Lingga tepatnya di Daik sedangkan pusat pemerintahan Yang Dipertuan Muda di Riau tepatnya Pulau Penyengat.

Raja Ali Haji menceritakan pada suatu ketika ada seorang lelaki berasal dari Minangkabau yakni Lebai Tamat datang ke Negeri Lingga. Dia mengaku alim dalam ilmu hakikat. Maka dia pun mengajar dan menyebarkan ilmunya. Namun ternyata ilmu hakikat atau aqidah yang diajarkan menyimpang dari Aqidah yang masyhur dipegang masyarakat melayu. Dia meyakini aqidah ittihadiyah dan hululiyah sehingga dia sampai mengaku dirinya Allah Swt.

Karena kelihayannya dalam berkata, maka banyaklah murid yang belajar dengannya mengikuti i’tikad menyimpang itu. Bahkan sebagian dari pengikutnya mengatakan Lebai Tamat memiliki keramat. Sebuah keistimewaan yang hanya dimiliki para wali Allah. Namun belakangan itu hanya isapan jempol belaka.

Selain i’tikad itu, dia juga mengajarkan cara bersuci dan istinja dengan menghadirkan burung dari surga. Katanya burung itulah yang mensucikan junub dan sebagainya. Dan masih banyak lagi ajarannya yang bertentangan dengan syariat yang dia sebarkan.

Lama kelamaan pengaruh ajaran Lebai Tamat semakin kuat. Muridnya semakin loyal dan bertambah. Bahkan setiap kali dia berkendaraan atau menaiki sampan maka murid-muridnya yang mengayuh, mendayung sambil berucap memujinya dengan menyebut “Habib Al-Rahman”.

Ketika Raja Jaafar berada di Lingga, maka para pegawai Negeri Lingga pun menceritakan hal tersebut. Raja Jaafar yang memegang titah menjalankan roda pemerintahan pun murka. Lebai Tamat dan murid-muridnya pun ditangkap dan diminta bertaubat kembali kepada ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah. Kemudian mereka dihukum dengan dicukur botak rambutnya.

Maka lalu Lebai Tamat itu dengan segala murid-muridnya ditaubatkan dan ditakzir digondolkan kepalanya.,” tulis pengarang Tuhfat Al-Nafis.

Setelah kejadian itu, Lebai Tamat dan murid-murid setianya meninggalkan Lingga menuju Lampung. Di Lampung dia pun kembali berulah. Dia mengaku sebagai reinkarnasi atau penjelmaan dari Marhum Raja Haji Fisabilillah Yang Dipertuan Muda Riau IV. Dengan bercerita tentang hal ilwal semasa Raja Haji hidup mulai dari pertemanan dan sebagainya. Banyak pula orang yang tertipu dengan Lebai Tamat dan menyembahnya terutama orang-orang bugis yang sudah mengenal kebesaran Raja Haji Fisabilillah. Sehingga tak berapa lama dia pun menjadi kaya dan bisa memiliki tiga buah kapal.

Sukses di Lampung dia kemudian balik ke Lingga dengan pengikutnya menggunakan kapal berbendera kuning lambang kerajaan. Sedangkan Raja Jaafar sudah pulang ke Penyengat. Saudaranya yakni Raja Idris yang berada di Lingga. Lebai Tamat pun memanfaatkan momen ini dengan menemuinya seraya memberikan hadiah beberapa budak. Raja Idris dipanggilnya dengan tanpa gelar yakni Idris saja, karena dia adalah penjelmaan Raja Haji Fisabilillah. Raja Idris pun terpedaya olehnya.

Di bawah perlindungan Raja Idris tak ada yang berani mengusik Lebai Tamat. Sehingga dia pun masyhur di Negeri Lingga hingga berita tersebut sampai kepada Sultan Mahmud. Dia pun dipanggil menghadap dan diminta menghadirkan wajah asli Raja Haji Fisabilillah kalau memang dia penjelmaannya.

Jika sesungguh Marhum Raja Haji balik hidup semula, minta kembalikanlah mukanya yang lama,” pinta Sultan Mahmud.

Namun sudah pasti tak bisa dilaksanakan titah sultan tersebut oleh Lebai Tamat. Sultan pun murka dan memerintahkan Lebai Tamat dan murid-muridnya untuk dieksekusi mati. Maka Lebai Tamat pun lari dan disembunyikan Raja Idris. Kemudian dia dilepaskan ke Indragiri. Di sana dia pun membuat huru-hara dan berita itu sampai kepada Sultan Mahmud. Sultan pun mengirimkan surat ke Raja Jaafar untuk membunuh Lebai Tamat.

Mendapat titah sultan, Raja Jaafar pun murka dan menyusun siasat untuk membunuh Lebai Tamat. Dia pun mengutus Raja Ismail ke Indragiri untuk menipunya agar mau pulang ke Riau. Dengan tipuan bahwa Raja Ismail mempercayai dan menjadi pengikutnya, Raja Ismail juga mengatakan Yang Dipertuan Muda Raja Jaafar mempercayai ajarannya dan sangat ingin berjumpa dengannya. Lebai Tamat pun akhirnya terpedaya dan mau kembali ke Riau bersama Raja Ismail. Di sepanjang perjalanan kapal, Lebai Tamat dihormati layaknya orang yang memiliki kedudukan tinggi.

Setelah sampai dekat dengan perairan Penyengat, maka dia pun dijemput dengan penyambutan layaknya raja-raja besar. Beberapa orang tetua menjemputnya dengan sampan ke kapal Raja Ismail. Lebai Tamat pun turun ke perahu lalu dengan para tetua berkayuh ke darat. Sesampainya di darat dia langsung ditangkap dan diikat tangannya dan Raja Jaafar memerintahkan agar Lebai Tamat dibunuh, kepalanya dipenggal dan dikirim ke Sultan Mahmud sebagai tanda titah sudah ditunaikan.

Kemudian lalulah disuruh bunuh dikerat kepalanya dikirim kepada Sultan Mahmud di Lingga,” begitu penutup kisah Lebai Tamat dalam Tuhfat Al-Nafis. Lebai Tamat pun mati kisah selesai ditulis.
***

Di Negeri Melayu ini paham aqidah yang dipedomani adalah berpaham Islam Ahlussunnah Wal Jamaah yakni dalam Aqidah mengikuti Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi dengan ajaran sifat 20, dalam fiqih bermazhab Syafi’i.

Raja Jaafar sendiri adalah orang yang suka menuntut ilmu, mempelajari berbagai bidang. Dia selalu mengaji dan belajar kitab. Diantaranya kitab yang dia khatamkan adalah kitab Usuluddin dan Miratut Thullab dengan mengaji kepada gurunya Tuan Guru Haji Abdul Wahab ulama besar pada masa itu.

Raja Jaafar juga sangat hormat kepada orang alim. Dia juga memperlakukan ahli ilmu dengan memuliakannya. Ketika ada Ahli Quran yang bagus bacaannya datang ke kerajaan dia minta untuk menginap sebulan agar bisa belajar bersamanya. Maka dia pun meminta keluarga dan pegawai-pegawai untuk belajar mengaji Al-Quran.

Tetapi Lebai Tamat bukan orang alim yang pantas dihormati. Melainkan orang jahil yang mengaku ahli hakikat sehingga dalam ilmu tasawuf dia itu diumpamakan orang yang mengenakan Tsaubu Al-Zuur (baju kepalsuan). Karena bertopeng dibalik kesufian atau ketasawufan tetapi yang diajarkan adalah kesesatan.
***

Diantara kesesatan Aqidah Lebai Tamat yang terdapat dalam kisah Tuhfat Al-Nafis tersebut adalah:

1. Hulul dan Ittihad sehingga Mengaku dia adalah Allah.

I’tikad hulul yaitu meyakini eksistensi tuhan melebur kepada makhluk dan ittihad yaitu meyakini menyatunya tuhan dan makhluk serta wahdatul wujud (pantheisme) yaitu keyakinan bahwa semua yang ada wujud Allah. Ini semua menurut ijma ulama adalah ajaran aqidah sesat dan dihukumi kafir.

Mereka berkesimpulan sejatinya yang ada di dunia ini hanyalah Allah karena semua makhluk hidup menurut keyakinan mereka merupakan reinkarnasi dari wujud Allah itu sendiri. Secara langsung melakukan tamsil pada Allah yang jelas-jelas dilarang dalam al-Qur’an. Hal ini tertuang dalam surat (QS. An-Nahl; 74) : “Maka janganlah kamu membuat perumpamaan-perumpamaan bagi Allah. (Karena) sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Imam al-Junaid al-Baghdadi berkata “Seandainya aku seorang penguasa, pasti aku penggal leher setiap orang yang berkata, “Bahwa yang ada di dunia ini hanyalah Allah”. Karena dengan ucapannya itu, ia berarti menafikan makhluk dan semua hukum syariat yang berkaitan dengan seluruh makhluk.”

Al-Imam Abul Mawahib Abdul Wahhab asy-Sya’rani berkata dalam kitabnya, al-Bahru al-Maurud fil-Mawatsiq wal-’Uhud “Ucapan, bahwa tidak ada di dunia ini selain Allah baik secara lahiriah maupun secara batin, adalah pendapat kaum Zanadiqah (orang-orang kafir).”

Al-Imam Jalaluddin al-Suyuthi menulis satu kitab khusus berjudul, Tanzihul-I’tiqad ‘an al-Hulul wal-Ittihad. Di dalamnya beliau berkata: “Pandangan tentang hulul dan ittihâd pertama kali dikatakan oleh orang-orang Nasrani (Kristen). Hanya saja ghulat al-mutashawwifah melebihi Kristen dalam masalah hulul dan ittihâd tersebut.”

Awal lahirnya kesalahan sekte-sekte yang keliru dalam masalah ittihâd dan hulul adalah kebodohan mereka terhadap pokok-pokok agama (akidah) dan tidak mengetahui ilmu agama dengan benar.

Al-Hallaj divonis murtad setelah mengucapkan kalimat, “Aku adalah Tuhan”.
Al Qadhi Abu Umar al-Maliki memvonisnya dipotong kedua tangan dan kedua kakinya, lalu lehernya dipenggal, lalu jasadnya dibakar, dan abunya ditabur di sungai Dajlah. Al-Junaid (penghulu kaum sufi) berkata kepada al-Hallaj: “Anda telah membuka lobang dalam Islam, yang hanya dapat ditutup oleh kepalamu.” (Ternyata sesudah itu, al-Hallaj dieksekusi). (Kitab Syarhul-Qawîm).

Prof. Dr. Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani dalam kitab Mafahim Yajibu An Tushohhah mengatakan

اننا لا نعرف تصوف نظريات فلسفية او افكارا اجنبية او عقائدة شركية حلولية و اتحادية

“Sungguh kami tidak mengenal tasawuf sebagai teori-teori filsafat, pemikiran-pemikiran asing, atau aqidah-aqidah syirik seperti hululiyah (Meyakini tuhan menempati sesuatu) dan Ittihadiyah (meyakini tuhan menyatu dengan makhluk),”

KH Hasyim Asy’ari juga menyinggung bab ini dalam kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah:

“Sebagian dari mereka memiliki konsep hulul (tuhan bersemayam dalam diri manusia) dan ittihad (tuhan bersatu dengan manusia). Mereka adalah penganut tasawuf yang jahil. Mereka mengatakan bahwa Allah adalah wujud yang mutlak, dan yang lain tidak bisa disebut wujud sama sekali. Bahkan mereka mengatakan bahwa manusia itu diwujudkan. Artinya manusia memiliki hubungan dengan wujud yang mutlak, yaitu Allah SWT. Al Alamah al Amir dalam Hasyiyah. Abdussalam mengatakan: “Paham itu adalah kekufuran yang sharih (nyata).”

2. Lebai Tamat juga menyebarkan ajaran Tanasukh al-Arwah

Ajaran yang mempercayai reinkarnasi atau roh berpindah pindah masuk ke dalam badan manusia ini juga itikad sesat. Maka pengikut pemahaman seperti ini juga menurut ulama ahlussunnah wal jamaah masuk kepada kekafiran. Paham Tanasukh al-Arwah (berpindah-pindah roh masuk ke dalam badan manusia) ini dipelopori oleh Ibn Abil-Auja’. Ini disebarkan juga oleh Lebai Tamat yang dia mengaku sebagai reinkarnasi Marhum Raja Haji Fisabilillah.

Pemahaman ini juga disinggung oleh KH Hasyim Asyari dalam Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah. Beliau berkata:

“Sebagian dari mereka mengatakan bahwa roh mengalami reinkarnasi dan terus-menerus berpindah antar jasad, keluar dari satu badan ke badan yang lain, baik yang sejenis maupun berlainan jenis. Mereka beranggapan bahwa roh itu akan mendapatkan siksaan atau kenikmatan sesuai dengan tingkat bersih dan kotornya roh tersebut. Asy-Syihab Al-Khafaji dalam syarahnya atas kitab Asy-Syifaa mengatakan: “Mereka telah dikafirkan oleh ahli syariat, karena anggapan semacam itu mengandung unsur pendustaan kepada Allah, rasulNya dan kitab-kitab suciNya.”
***

Namun, mesti diingat dan diwaspadai bahwa ajaran semacam ini kemungkinan tidak hilang meski Lebai Tamat sudah dieksekusi. Pengikutnya masih menyebar di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam bergaul dan belajar Aqidah. Belajarlah kepada orang yang jelas dimana dia mondok atau menimba ilmunya. Karena ilmu agama itu mutawatir dari Rasulullah sampai kepada kita.

Seorang tabi’in bernama Muhammad bin Sirin berkata:

إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ

“Ilmu Islam itu adalah agama. Maka perhatikanlah dari siapa kalian mempelajari agama Islam” (Sahih Muslim)
Memilih guru yang tepat itu penting agar tak salah dalam belajar. Karena orang yang sudah terkena penyakit salah belajar aqidah semacam ini hatinya keras dan sulit diobati. Karena apa? Karena dia merasa dekat dengan Allah padahal sangat jauh tersesat.

Dalam kitab Tanbihul Ghofilin Imam Abu Laits As-Samarqandi mengutip perkataan Nabi Isa.

القلب القاسي بعيد من الله ولكن لا تعلمون

“Hati yang keras itu sangat jauh dari Allah akan tetapi mereka tidak mengetahui,”

Lebai Tamat sudah diminta bertaubat digundul kepalanya, bahkan akan dibunuh dan kabur ke Indragiri, tetapi dia masih bertahan dengan keyakinan sesatnya dan menyebarkannya. Mengapa? Karena hatinya keras sehingga sulit menerima kebenaran, dan dia tidak mengetahui itu. Sehingga dengan segala ajaran sesatnya, Lebai Tamat yang disebut muridnya “Habib Al-Rahman” harus menanggung semua akibat dari perbuatannya. Begitu juga dengan murid-muridnya akibat mengikuti guru yang salah. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *