Dunia, KepriDays.co.id – Elon Musk dan bisnisnya hampir dipastikan akan meraup keuntungan besar dari Donald Trump yang kembali ke Gedung Putih sebagai Presiden Amerika Serikat terpilih.
Namun, hal ini juga membuka potensi konflik kepentingan yang belum pernah terjadi sebelumnya, jika Musk mendapat peran sebagai penasihat efisiensi pemerintah.
Berbagai manfaat yang mungkin didapat Musk mencakup isu regulasi, seperti undang-undang ketenagakerjaan, perlindungan lingkungan, tarif pajak lebih rendah, dan lebih banyak kontrak pemerintah untuk SpaceX.
Dengan dukungan penuh pada kampanye Trump, termasuk sumbangan lebih dari $118 juta melalui super PAC, Musk tampaknya siap menuai hasil besar dari kemenangan ini.
Musk bahkan mungkin bisa memainkan peran penting dalam pemerintahan Trump kedua, baik sebagai penasihat atau dalam peran yang lebih substansial.
Namun, hal ini bisa menimbulkan masalah etika, terutama jika Musk memiliki pengaruh atas lembaga-lembaga pemerintah yang mengatur bisnisnya.
Selain itu, investasi Musk di luar negeri, terutama di Tiongkok, mengangkat kekhawatiran terkait konflik kepentingan yang dapat membahayakan keamanan Amerika Serikat.
Tesla, perusahaan kendaraan listrik milik Musk, sangat bergantung pada Tiongkok, baik sebagai basis produksi maupun pasar penting untuk mobilnya.
Selain itu, Musk juga sering kali memberikan pandangan geopolitik yang berseberangan dengan kebijakan luar negeri AS, termasuk posisinya dalam perang di Ukraina yang sejalan dengan sikap Kremlin.
Beberapa anggota parlemen khawatir bahwa Musk dapat mempengaruhi kebijakan AS demi kepentingan finansialnya. Mereka khawatir Musk bisa merusak tujuan AS dalam mencegah Tiongkok mengakses teknologi canggih yang dapat memperkuat militer dan intelijennya.
Para ahli mengatakan bahwa pengaruh Musk terhadap pemerintah AS berasal dari peran besar SpaceX, yang disebut sebagai “monopoli de facto” karena dominasinya dalam peluncuran satelit komersial dan pemerintah ke luar angkasa.
Musk juga bisa memperkuat bisnisnya melalui koneksi dengan Trump, dengan kemungkinan menargetkan pesaing seperti Boeing.
Trump mengindikasikan bahwa dia ingin Musk memimpin “komisi” untuk memastikan efisiensi pengeluaran pemerintah. Sementara itu, Musk mengeluhkan “opresi regulasi” yang katanya semakin parah dari tahun ke tahun.
Musk berdiri di posisi yang unik: selain memimpin Tesla dan SpaceX, ia adalah pemegang saham terbesar di X (dulu Twitter) dan pendiri beberapa startup terkenal lainnya, termasuk Neuralink, The Boring Co., dan xAI.
Setiap perusahaan ini memiliki hubungan yang kompleks dengan pemerintah federal, baik dalam hal regulasi maupun kontrak, yang bisa berubah tergantung siapa yang ada di Gedung Putih.
Editor: Roni