Sahabat dan Pileg

Oleh :
Robby Patria
Mahasiswa S3, University Tun Hussein Onn Malaysia.

Lagu Sobat karya band Padi bercerita soal sahabat yang menghianati cinta sahabatnya sendiri. Coba kita lihat lirik lagu itu:
/sobat maafkan aku yang mencintainya/
aku tak bermaksud membuat mu sungguh tak berarti/

Di masa pemilu seperti ini nampaknya lagu itu berlaku bukan hanya soal cinta. Tapi soal menjatuhkan pilihan yang tepat. Dari banyak sahabat yang berkompetisi di Tanjungpinang, maka kita harus menentukan pilihan yang sebenarnya rumit.

Kriteria siapa yang cocok menjadi wakil rakyat, bukan orang sembarangan. Mereka harus sempurna dari segala sisi. Baik kapasitas, integritas, komunikasi yang baik, figur yang sudah terkenal, serta kriteria lainnya. Dan tentunya moral.

Karena mereka lah yang nantinya menjadi representasi 260 ribuan warga Tanjungpinang, menjadi wakil dari 1 jutaan warga Kepri, dan menjadi wakil 260 jutaan rakyat Indonesia untuk berjuang menjadi pengawasan kinerja pemerintah, menjadi sosok yang memperjuangkan aspirasi rakyat yang dijewantahkan melalui anggaran yang pro rakyat, dan membuat peraturan daerah yang mendukung kemaslahatan masyarakat untuk sejahtera.

Tugas pokok itu harus betul betul dipahami. Dewan bukan hanya diminta untuk mengetahui soal anggaran, tapi juga mereka harus tahu soal pengawasan anggaran, mereka harus mau berdebat berjuang di parlemen agar aspirasi rakyat yang disampaikan kepadanya bisa diperjuangkan dalam bentuk kegiatan ataupun proyek. Dan itu dijelaskan dengan rasional di depan orang ramai.

Jika seorang dewan tak mampu berbicara dengan baik dan melakukan tindakan persuasif yang handal, maka komunikasi seorang anggota dewan tak akan didengar oleh eksekutif.

Mereka harus tahu mana kegiatan yang menyimpang dilakukan eksekutif dan menyuarakan agar kegiatan itu dihentikan. Mereka harus berjuang agar pendidikan, kesehatan, kemiskinan, infrastruktur di Tanjungpinang terpenuhi melalui APBD yang pro rakyat.

Jika anggota dewan tak memahami dan memiliki kemampuan itu, sulit rasanya suara rakyat yang mereka wakili menjadi nyata. Sang anggota terhormat hanya menjadi wajah wajah biasa duduk diam, mendengarkan pidato eksekutif di setiap paripurna. Karena mereka bingung apa yang mau dikritisi, apa yang mau disampaikan? Dan apa yang mau diusulkan.

Untuk itu, masih ada waktu 30 an hari bagi kita untuk menentukan pilihan.Jika punya sahabat yang ikut nyaleg, maka bukan berarti kita memilihnya walaupun tak memiliki kompetensi.Tapi memilih orang yang kita kenal dan memiliki kemampuan adalah pilihan terbaik.Karena mereka bisa kita andalkan untuk berjuang sampai titik darah penghabisan di parlemen. Demi kepentingan publik.Bukan kepentingan pribadinya atau kelompok.

Karena salah memilih wakil wakil rakyat untuk lima tahun yang akan datang, kita harus menunggu lama guna menggantikan mereka dengan yang baru. Inilah saat saat itu, memilih dengan rasional.

Dan akhirnya kita pun berkata, ” Sobat, maafkan aku tak memilih mu.Aku tak bermaksud membuat tak berarti.” *

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *