KepriDays.co.id-Sayuran kangkung merupakan salah satu komoditas hortikultura favorit masyarakat Indonesia selain bayam, kacang panjang, tomat, dan terong (BPS, 2017).Sayuran kangkung ini bersifat perishable atau mudah rusak setelah dipanen sama seperti produk hortikultura lainya sehingga penanganannya harus dilakukan dengan benar agar kualitasnya dapat terjaga. Di Provinsi Kepulauan Riau, produksi kangkung terbesar dipegang oleh Kota Batam dengan produksi 3.117 ton,kemudian disusul oleh Kabupaten Bintan dengan produksi 2.258 ton(BPS Kepri, 2018).
Meskipun kota Batam memiliki produksi tertinggi di Kepulauan Riau, untuk memenuhi kebutuhan sayurannya Kota Batam hanya mampu menyuplai 40% dari kebutuhan masyarakat, sehingga sisa kekurangan kebutuhan masih tergantung dari daerah lain seperti Kabupaten Bintan. Proses distribusi sayuran kangkung dari Kabupaten Bintan ke Kota Batam membutuhkan waktu kurang lebih 12 jam lamanya. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan penurunan mutu pada kangkung, maka jika tidak dilakukan penanganan pasca panen dengan benar mengakibatkan penurunan mutu kangkung yaitu susut bobot dan layu.
Berdasarkan hasil penelitian BPTP Kepri, menunjukkan bahwamasih tingginyarata-ratasusut bobot sayuran yang terjadi daerah berkembang yaitu berkisar 20-50%, atau rerata susut 35% Jika susut bobot ini tidak ditekan pada akhirnya petani danpelaku bisnis usaha mengalami kerugian. Dilatarbelakangi hal tersebut inilah maka peneliti pasca panen BPTP Kepulauan Riau, Astrid Fransisca, STP dan Gokma Ampetua Siregar, STP telah mencoba melakukan penelitian yang simple namun tepat guna terkait penanganan pasca panenuntuk menekan angka susut bobot sayuran kangkung selama periode 12 jam.
Penelitian yang dilakukan yaitu denganmengemas kangkung menggunakan plastik polipropilen dan menyimpan sayuran kangkung ke dalam kotak steorofoam tertutup dimana sebelumnya dalam kotak steorofoam telah disusun es pada kedua sisi kanan kirinya. Hasilnya susut bobot kangkung dapat ditekan, kangkung hanya mengalami susut bobot sebesar 1,48% selama 12 jam. Dengan asumsi bahwa setiap pengiriman kangkung sebesar 100 kg maka bobot kangkung sampai ditempat sebesar 98,52 kg; sedangkan bila tanpa perlakuan maka bobot kangkung actual tinggal 65 kg (setelah dikurangi rerata susut 35%).
Secara teknis langkah-langkah penanganan pasca panen kangkung untuk menekan susut bobot selama 12 jam adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan
Hasil panen kangkung dari lahan diangkut dan dikumpulkan ketempat yang teduh menggunakan keranjang. Hal dilakukan segera mungkin dilakukan untuk mencegah sayuran mengalami layu saat terlalu lama di lapang.
2. Sortasi
Setelah kangkung dikumpulkan, dilakukan sortasi atau pemisahan. Sortasi ini dilakukan dengan cara memisahkan bagian ujung-ujung batang kangkung yang daunnya rusak dan mimilih hasil panen kangkung yang kualitasnya baik.
3. Pencucuian
Setelah disortasi, dilakukan pencucian kangkung dengan air mengalir atau air bersih untuk membuang sisa kotoran atau tanah yang menempel pada kangkung kemudian ditiriskan.
4. Grading
Grading atau pengkelasan berfungsi untuk memgelompokkan sayuran kangkung berdasarkan mutu seperti berat, ukuran, tinggi, bentuk dan lainnya untuk memudahkan dalam pengemasannya.
5. Pengemasan
Kangkung kemudian ditimbang dan dimasukkan kedalam plastik polipropilen ukuran 10×16’ kemudian ujung plastiknya direkatkan menggunakan sealer. Tujuan dari pengemasan ini adalah melindungi komoditi dari kerusakan mekanis, menjaga kebersihan.
6. Penyimpanan
Kangkung yang sudah dikemas kemudian disusun kedalam kotak steorofoam ukuran 75x42x32 cm yang telah disusun es (es dibuat sehari sebelumnya dengan membekukan air kedalam 8 botol air mineral bekas ukuran 330ml) di kedua sisi kanan dan kirinya dan diberipembatas dengan kotak peniris sayuran. Setelah kangkung disusun kotak steorofoam kemudian ditutup.
Naskah disusun oleh : Astrid Fransisca, S.TP., dan Gokma A. Siregar, S.TP.
Editor: Dr. Sugeng Widodo